14.12.09

satu dalam keberagaman

















desain ini merupakan pemenang sayembara tanpa hadiah yang diadakan oleh rujak.org, yaitu merancang hunian untuk empat keluarga berpenghasilan menengah Jakarta di atas tanah 245 m2 di jalan Rembang No.11, Jakarta 10310. Latar belakang, tujuan sayembara dan persyaratan lainnya dapat dilihat di:
http://rujak.org/2009/09/sayembara-tanpa-hadiah/

Konsep Ruang

Keinginan berbagi lahan dan komitmen untuk bersama, memungkinkan hilangnya batas-batas kapling yang tegas. Lahan tidak dibagi-bagi secara tegas untuk mewadahi 4 rumah. Program ruang yang kreatif sebagai solusi agar semua rumah memenuhi fungsi yang baik, berkesempatan untuk menampilkan karakter masing-masing keluarga yang bisa berbeda-beda, serta memiliki keunggulan pengalaman dan ruang-ruang inspiratif seperti halnya rumah tunggal. Taman dikumpulkan di tengah rumah, menyatukan keempat rumah dan sebagai pusat orientasi. Fungsi beranda seperti pada rumah betawi diletakkan di lantai 1, sebagai ruang terbuka bersama yang multifungsi, ruang makan & dapur bersama yang terkoneksi dengan biogas, dan ruang terbuka untuk menerima tamu dan interaksi sosial berbagai komunitas yang sangat dinamis.

Material dinding pengisi berbeda-beda untuk masing-masing rumah, seluruhnya menggunakan material bekas atau bambu, dengan penempatan lubang-lubang angin (rooster bekas) di bagian bawah maupun atas ruang sebagai ventilasi silang. Pola jendela yang acak dan horisontal pada rumah #1 & #2 menyatu dengan pola dinding pengisinya yang memang terdiri dari berbagai material bekas, yang masing-masing jumlahnya tidak melimpah.

Tangga digunakan bersama-sama, cukup 1 buah untuk menghemat ruang, diletakkan di tengah lahan pada sisi selatan (belakang). Rumah #1 & #2 terletak di lantai 2, mengelilingi taman tengah. Sebagai respon terhadap sinar matahari, rumah #3 (di atas rumah #1) pada sisi timur mundur ke belakang, sebagian ruang pindah ke lantai 4, untuk memberikan kesempatan cahaya matahari pagi masuk ke taman tengah dan keempat rumah. Sedangkan sinar matahari sisi barat dihalangi oleh ketinggian rumah #4 (di atas rumah #2) yang diangkat sampai lantai 4 dengan atap pelana yang dirambati pohon. Dinding sisi barat rumah #4 dihalangi oleh dinding deretan bambu vertikal yang dirambati pohon sampai ke seluruh atapnya.

Pengaturan ruang dan posisi rumah seperti itu menyebabkan terciptanya ruang-ruang positif tambahan sebagai fasilitas bersama di lantai 3, yang merupakan ruang terbuka yang lebih privat daripada beranda di lantai 1. Ruang terbuka di depan rumah #3 dimanfaatkan sebagai taman atau kebun sayuran. Ruang terbuka di bawah rumah #4 difungsikan sebagai ruang ibadah dan halaman multifungsi.

Konfigurasi rumah yang tidak menempel pada batas lahan, lebar rumah yang tipis dengan sirkulasi/koridor tunggal, dan celah-celah antar massanya, memungkinkan aliran angin yang lancar ke semua ruangan. Kipas angin plafon ditambahkan di beranda lantai 1 dan halaman lantai 3 yang digunakan ketika angin tidak bergerak.

Selain penggunaan material bekas, untuk menghemat biaya pembangunan dan efisiensi ruang, sekat-sekat ruang menggunakan lemari (semua furnitur merupakan furnitur bekas kayu tua / kayu pinus bekas peti kemas / bambu). Atap rumah #3 & #4 menggunakan fiber semen (non asbestos) yang murah & hanya membutuhkan gording, dapat menggunakan bambu. Untuk mengurangi panas matahari, atap fiber semen dirambati pohon rambat. Sisa-sisa kayu atap rumah lama dapat digunakan untuk fungsi lain, misal rangka lantai atau kusen.

Konsep Material

Kecuali struktur utama (beton bertulang & kayu kelapa),semen,instalasi air dan listrik, seluruh rumah menggunakan material bekas dengan tambahan material bambu (yang diawetkan dahulu). Batu bata merah, genting keramik, terakota, rooster keramik & beton, batu alam, batako, kayu keras, grassblock, pavingblock, kayu pinus bekas peti kemas, glass block, berbagai jenis kaca, keramik, teraso, ubin, dll. Bukan hanya material bekas yang sengaja dibeli atau bekas rumah eksisting, namun juga material-material bekas proses pembangunan rumah ini akan digunakan kembali. Pecahan-pecahan bata merah/batako (sbg dinding mosaik), kerikil & batu2 kecil bekas saringan pasir (sbg lantai batu sikat), kayu perancah (dibelah, diserut, dpt menjadi plafon interior), papan bekas bekisting (sbg plafon/dinding/bangku), dst. Seluruh pewarnaan menggunakan warna asli material rumahnya, tanpa cat, dapat pula membuat campuran acian semen dengan serbuk/tepung genting bekas untuk mendapatkan acian yang kemerahan, atau dengan campuran pewarnaan alami lainnya.

Pemilik rumah dapat terlibat secara intensif dan pribadi dalam menentukan dan menyusun mosaik material rumahnya.Selain murah, ramah lingkungan, hemat energi, penggunaan material2 bekas tersebut dapat meningkatkan suasana yang alami, rustic, dan hampir tidak memerlukan perawatan selama rumah ini digunakan. Bahkan sangat dimungkinkan pula terjadi perubahan-perubahan material-material tersebut selama rumah digunakan sebagai bagian dari eksperimen material sesuai keinginan pemilik tanpa kuatir ‘merusak atau mengganggu’ keindahan rumah secara keseluruhan.

Berbagai macam material-material bekas tersebut dirangkai sebagai kesatuan mosaik, bukan terdiri dari sedikit jenis material saja, agar tidak sulit dalam mengumpulkannya, apa saja dapat berguna. Jumlah material bekas memang tidak dapat dipastikan.

tim desain yang terlibat dalam proses desain “Satu Dalam Keberagaman” ini adalah sebagai berikut: yu sing, benyamin narkan, thoat fauzi, reza prima.

bandung, 14 desember 2009

yu sing